Dari jam ke jam terasa sangat lama, aku sudah tak sabar bisa bertemu lagi dgn Marta.
Sang fajar mulai larut dalam peraduannya, angin berhembus kencang menyambut malam tiba. Tak nampak bulan yang biasanya memamerkan keindahannya, meski begitu tak mengurungkan niat ku bertemu Marta.
Marta datang k kost aku setelah ku kasih alamatnya via sms. Dengan motor tuanya Marta datang menjemput ku, senyum manisnya menyapa ku memberi terang dan kebahagiaan.
Ohh…benarkah aku sedang jatuh cinta dgn co dengan Marta.
Marta mengajak ku berjalan-jalan d kota Bjm, ingin rasanya memeluk dia memberi kehangaan. Tp aku tak memiliki keberanian itu, aku takut ia bakalan marah atau keberatan lagipula jalanan saat itu masih ramai.
Kemudian ia mengajak aku ketempat teman SMA nya dulu,Ojie. Perjalanan krmh Ojie lumayan jauh, berada d kampung kawasan Jembatan Barito (jembatan terbesar d Kalsel). Melewati sebuah jalanan yg belum beraspal, cuaca yg dari tadi mendung akhirnya hujan tp kami ttp mnruskan perjalanan karena tak ada tempa berteduh, gelap karena rumah penduduk masih jarang, rasa takut seketika menyelimutiku dan seketika aku memeluk tubuh Marta dgn erat. Ku fikir Marta bakalan marah, dia malah tertawa meledek “hahahaha… kamu takut yah.!”.
Rasa takut dan senang bercamur jadi satu mengharapkan perjalanan masih lama lagi biar ku bisa memeluk tubuh Marta sepuasnya.
Kami melewati warung kecil,kemudian sampai d perempatan jalan kami d hadang 2org yg juga berkendaraan. Org tsb menanyakan sebuah jalan kpd kami, aku menjawab “maaf mas gak tau kami bukan org sini”.
Entah kenapa Marta memalingkan kendaraannya dan ngajak aku k warung yg tadi.
Dan 2org tersbut juga mengikuti kami k warung.
Setelah bayar minuman, Marta bicara padaku dgn nada keras “Madi,,ayo cepat kita terusin perjalanan, rumah teman aku udah dekat banget.!!!!”.
Aku tak mengerti apa yg telah terjadi, Marta dgn kencang mengemudikan motor d jalan berbatu.
“Madi coba lihat kebelakang apakah ada yang mengikuti.??”, aku tambah tak mengerti, “ga ada Tha,kenapa.??”.
“orang yg berdua tadi Perampok”.
Seketika badan ku lemas,”Marta…..Lebih cepat lagi bawanya Tha..”.
“ini udah cepat”. Motor tua Marta tak bisa melaju lebih dari 60km/jam.
Untung nya kami selamat sampai d rumah Ojie.
Kami d sambut dgn baik dan atas kejadian itu mau ga mau kami harus menginap d rmh Ojie.
Rumahnya cuma memiliki satu kamar dan kami tidur d ruang keluarga.
Akhirnya aku dan Marta berisirahat, aku menunggu-nunggu Marta memeluk ku tp tak ada reaksi tsb. Aku memberanikan diri untuk memeluk dia duluan,
“Tha,dingin…”
Barulah ia membalas pelukanKu.
Darah Ku mengalir kencang, walau was2 aku mendapat keberanian unuk melakukan hal yg lain. Aku menggerayangi tubuh Marta, tak ada perlawanan dari Marta sehingga ku lebih jauh lagi mengikuti naluriKu. Ku mengecup bibirnya dan tangan aku terus menggerayangi tubuh Marta sambil mencari sesuau yg ada d dalam celana Marta.
Setelah ku dapatkan dgn perlahan aku masuk kedalam selimut dan mengoral penis nya Marta, lelah ku mengoral penisnya Marta yang tak kunjung klimakx ada niatan untuk melakukan anal sex spt yg pernah d lakukan Om fredy dulu padaku malam tahun baru.
Tp aku ga yakin itu, Marta ga pernah melakukannya dan aku sendiri hanya satu kali itupun terpaksa.
Kemudian memandu Marta mendaratkan rudalnya di lubang kenikmatanKu.
Kurasakan ada yg menggeliat masuk k dlm anus ku, rasanya teramat sakit. Marta memelukku dari belakang sambil memompa penisnya. Mungkin karena kesat tanpa pelumas aku tambah merasakan sakit.
Marta melepaskan penisnya,ia ga tega melihat penderitaan dari wajah aku.
Marta bilang, “aku sayang ikam ding ae kada handak malihat ikam sakit ( aku saying kamu de’ ga mau melihat km sakit) !!!.”.
